Rabu, 08 Februari 2012

Aku Melihat Pelangi Itu


High by Lighthouse Family

“Terima kasih, Tuhan.”: gumamku dalam hati ketika mendapati kenyataan bahwa perempuan di sebelahku di bangku taman ini adalah kamu. De javu. Kejadian ini sangat mirip dengan kemarin sore. Aku pun tak menyadarinya seandainya kamu tidak menyapaku. Kamu terlihat berbeda ketimbang kemarin yang tampak rapuh. Sore ini kamu lebih hidup. Lebih ceria. Sepertinya kamu telah melupakan beban kemarin.

Kamu tampak anggun menggunakan sweater warna merah marun. Rambutmu yang dikuncir membuatmu terlihat bersahaja namun sexy. Wangimu, senyummu, kerlingan matamu. Aku melihat pelangi itu.

Kemarin. Setelah kita berpisah dalam diam, aku tidak pernah berpikir akan bertemu kamu lagi. Faktanya, sore ini kita bersama lagi tanpa perencanaan. Aku telah menyangsikan kuasa Tuhan. Dia mahatahu apa yang diinginkan/diharapkan hambanya dalam diam.

Rupanya kamu membawa kue buatanmu sendiri. Demi Tuhan, ini kue ter-enak yang pernah kucicipi. Aku curiga: jangan-jangan... ah! entahlah! Aku tak mau takabur. Aku yakin Tuhan telah mengatur semuanya tanpa kita tahu. Yang pasti aku merasakan nikmat ketulusan di setiap gigitan. Kue buatanmu luar biasa.

Kita berbincang seperti sudah lama kenal. Tidak ada kecanggungan. Aku mendengarkan curahan hatimu tentang lelakimu yang (konon) kini sedang dekat dengan rekan kerjanya di kantor. Baiklah... maksudku lupakan sejenak. Ada aku disini. Dalam diam di tengah ceritamu (sebenarnya) aku terkesima pada ayu-mu. Mungkin saja setengah cerita yang kau lontarkan tidak benar-benar kuresapi. Tapi aku sudah mengerti/memahami inti-nya.

Aku berharap bisa selalu menjadi pendengar keluh kesahmu. Aku tidak akan meminta kompensasi apapun karena aku merasa nyaman ketika bersamamu.

Semoga Tuhan akan terus menjaga dan mempertemukan rindu kita dalam lingkaran kosmik ketidaksengajaan-ketidaksengajaan.

Di taman ini...

Bogor, 08 Februari 2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar